MAKALAH FILSAFAT ILMU
PERANAN FILSAFAT DALAM
ILMU PENGETAHUAN
Oleh:
T.RABIYATUN
ADAWIYAH (120903034)
MUHAMMAD RISWAN
(120903035)
ZUL ANWAR RAMBE (120903036)
ANDRI WIRANATA (120903037)
KHOIRIYAH CHANIAGO (120903038)
CIA FITRIANIS (120903040)
M.MUCHLISH INSANI (120903041)
Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Medan
2013
Kata
Pengantar
Segala
puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnyalah maka kami boleh menyelesaikan sebuah karya tulis
dengan tepat waktu.
Berikut
ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Peranan Filsafat
Ilmu Dalam Ilmu Pengetahuan ", yang menurut kami dapat memberikan manfaat
yang besar bagi kita untuk mempelajari peranan filsafat ilmu dalam ilmu
pengetahuan
Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Medan 07,05,2013
"Penulis"
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
........................................................................................
i
Daftar Isi
..................................................................................................
ii
BAB I Pendahuluan
A.
Latar
Belakang ......................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah ................................................................... 2
C.
Tujuan
........................................................................................2
D.
Manfaat
......................................................................................2
BAB II
Pembahasan
A.
Pengertian
Filsafat .....................................................................3
B.
Pengertian
Filsafat Ilmu ............................................................4
C.
Pengertian
Ilmu Pengetahuan ..................................................4
1.
Karakteristik
Ilmu Pengetahuan ...................................... 5
2.
Ciri-Ciri
Ilmu Pengetahuan .............................................. 6
3.
Syarat-Syarat
Ilmu ............................................................ 6
D.
Peranan filsafat dalam Ilmu
pengetahuan ............................. 7
BAB III
Penutup
A.
Kesimpulan ................................................................................ 10
B.
Daftar
Pustaka .......................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan
ilmu-ilmu khusus merupakan bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa
filsafat merupakan induk atau ibu dari semua ilmu (mater scientiarum).
Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, pada hal
ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu
dari filsafat.
Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja
dipandang sebagai induk dan sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari
ilmu itu sendiri, yang juga mengalami spesialisasi. Dalam taraf peralihan
ini filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral.
Contohnya filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan
filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu.
Dalam konteks inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk
dikaji dan didalami (Bakhtiar, 2005).
Meskipun pada perkembangannya masing-masing ilmu
memisahkan diri dari filsafat, ini tidak berarti hubungan filsafat dengan
ilmu-ilmu khusus menjadi terputus. Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap
ilmu, hal ini menimbulkan batas-batas yang tegas di antara masing-masing ilmu.
Dengan kata lain tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu
yang terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatu padukan masing-masing
ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu
pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusian yang luas.
Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat.
Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah
apabila pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini
dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi
perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan
ilmiah (Siswomihardjo, 2003).
Akumulasi penelaahan empiris dengan menggunakan
rasionalitas yang dikemas melalui metodologi diharapkan dapat menghasilkan dan
memperkuat ilmu pengetahuan menjadi semakin rasional. Akan tetapi, salah satu
kelemahan dalam cara berpikir ilmiah adalah justru terletak pada penafsiran
cara berpikir ilmiah sebagai cara berpikir rasional, sehingga dalam pandangan
yang dangkal akan mengalami kesukaran membedakan pengetahuan ilmiah dengan
pengetahuan yang rasional. Oleh sebab itu, hakikat berpikir rasional sebenarnya
merupakan sebagian dari berpikir ilmiah sehingga kecenderungan berpikir
rasional ini menyebabkan ketidakmampuan menghasilkan jawaban yang dapat
dipercaya secara keilmuan melainkan berhenti pada hipotesis yang merupakan
jawaban sementara.
Berfilsafat
sesungguhnya dilakukan dalam masyarakat. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pada
hakekatnya filsafat pun membantu masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah
kehidupan. Salah satu tujuan tulisan ini adalah menunjukkan bantuan apa yang
dapat diberikan filsafat kepada hidup masyarakat.
Selain
filsafat, ilmu-ilmu pengetahuan pun pada umumnya membantu manusia dalam
mengorientasikan diri dalam dunia. Akan tetapi, ilmu-ilmu pengetahuan, seperti
biologi, kimia, fisiologi, ekonomi, dan lain sebagainya secara hakiki terbatas
sifatnya. Untuk menghasilkan pengetahuan yang setepat mungkin, semua ilmu
tersebut membatasi diri pada tujuan atau bidang tertentu. Untuk meneliti bidang
itu secara optimal, ilmu-ilmu semakin mengkhususkan metode-metode mereka.
Dengan
demikian, ilmu-ilmu tersebut tidak membahas pertanyaan-pertanyaan yang
menyangkut manusia sebagai keseluruhan dan sebagai kesatuan yang utuh. Padahal
pertanyaan-pertanyaan itu terus-menerus dikemukakan manusia dan sangat penting
bagi praksis kehidupan manusia.
Pertanyaan-pertanyaan
mendasar tentang apa arti dan tujuan hidup manusia, apa kewajiban dan tanggung
jawab saya sebagai manusia, atau pun pertanyaan tentang dasar pengetahuan kita,
tentang metode-metode ilmu-ilmu, dan lain sebagainya, tidak mampu ditangani
ilmu-ilmu pengetahuan. Padahal jawaban yang diberikan secara mendalam dapat
mempengaruhi penentuan orientasi dasar kehidupan manusia. Di sinilah filsafat
memainkan peranannya.
Tulisan ini merupakan ulasan tentang filsafat,
peranan dan kontribusi filsafat berhadapan dengan ilmu-ilmu pengetahuan, serta
bagaimana filsafat membantu masyarakat menemukan jawaban-jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan fundamental yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia.
Tulisan ini juga mengulas tentang hubungan filsafat dengan
kebenaran.
B.RUMUSAN MASALAH
A. Pengertian
Filsafat.
B. Pengertian
Filsafat ilmu.
C. Pengertian
ilmu pengetahuan.
D. Peranan
Filsafat dalam ilmu pengetahuan
C.
TUJUAN
Adapun tujuan dari rumusan masalah dalam
makalh ini adalah:
1.
Untuk mengetahui peranan antara filsafat Ilmu dalam ilmu
pengetahuan
2. Untuk mengetahui manfaat mempelajari
filsafat
3.
Pemenuhan sebagai tugas kelompok
D. MANFAAT
Manfaat yang di dapat dari makalah ini
adalah:
1.
Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Filsafat
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang
peranan antara filsafat Ilmu dalam ilmu pengetahuan
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Filsafat
Perkataan Inggris philosophy yang
berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim
diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta)
dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno
itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang
semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan
saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan
intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan
kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis (The Liang Gie, 1999).
Banyak pengertian-pengertian atau definisi-definisi tentang
filsafat yang telah dikemukakan oleh para filsuf. Menurut Merriam-Webster
(dalam Soeparmo, 1984), secara harafiah filsafat berarti cinta kebijaksanaan.
Maksud sebenarnya adalah pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling
umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek
perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.
Kalau menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno,
orang yang pertama memakai istilah philosophia dan philosophos ialah Pytagoras
(592-497 S.M.), yakni seorang ahli matematika yang kini lebih terkenal dengan
dalilnya dalam geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2.
Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pencinta kearifan). Baginya
kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan.
Selanjutnya, orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui sebagai Bapak
Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia merupakan seorang Filsuf yang
mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani.
Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam
semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The
Liang Gie, 1999).
Menurut sejarah kelahiran
istilahnya, filsafat terwujud sebagai sikap yang ditauladankan oleh Socrates.
Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang
untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya
ahli, tidak menyerah kepada kemalasan, terus menerus mengembangkan penalarannya
untuk mendapatkan kebenaran (Soeparmo, 1984).
Timbulnya filsafat karena manusia
merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu
terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena
persoalan manusia makin kompleks, maka tidak semuanya dapat dijawab oleh filsafat
secara memuaskan. Jawaban yang diperoleh menurut Koento Wibisono dkk. (1997),
dengan melakukan refleksi yaitu berpikir tentang pikirannya sendiri. Dengan
demikian, tidak semua persoalan itu harus persoalan filsafat.
B.Pengertian Filsafat Ilmu
Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap
pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang
menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan
manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang
eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan
saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat
pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu
setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa
meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan
untuk mencari pengetahuan baru. Hal ini senada dengan ungkapan dari Archie
J.Bahm (1980) bahwa ilmu pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu
berubah.
Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan pandangannya
pada strategi pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan
sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau
kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan manusia (Koento
Wibisono dkk., 1997).
Oleh karena itu, diperlukan
perenungan kembali secara mendasar tentang hakekat dari ilmu pengetahuan itu
bahkan hingga implikasinya ke bidang-bidang kajian lain seperti ilmu-ilmu
kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang mendasar, mau tidak mau
mengantarkan kita untuk masuk ke dalam kawasan filsafat. Menurut Koento
Wibisono (1984), filsafat dari sesuatu segi dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang berusaha untuk memahami hakekat dari sesuatu “ada” yang dijadikan objek
sasarannya, sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang merupakan salah satu cabang
filsafat dengan sendirinya merupakan ilmu yang berusaha untuk memahami apakah
hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri.
C.Pengertian
Ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Beberapa pendapat para ahli tentang ilmu
pengetahuan :
Harold
H. Titus mendefinisikan “Ilmu (Science) diartikan sebagai common science
yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda
atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode observasi yang teliti
dan kritis).
Dr. Mohammad Hatta mendefinisikan “Tiap-tiap
ilmu pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan kausal dalam satu golongan
masalah yang sama tabiatnya, baik menurut kedudukannya tampak dari luar maupun
menurut bangunannya dari dalam.”
J. Habarer mendefinisikan “ Suatu hasil
aktivitas manusia yang merupakan kumpulan teori, metode dan praktek dan menjadi
pranata dalam masyarakat.”
Louis Leahy mendefinisikan “Pengetahuan merupakan suatu kekayaan dan kesempurnaan. Seseorang yang tahu
lebih banyak adalah lebih baik kalau dibanding dengan yang tidak tahu apa-apa
The Liang Gie mendefinisikan “Ilmu sebagai
pengetahuan, artinya ilmu adalah sesuatu kumpulan yang sistematis, atau sebagai
kelompok pengetahuan teratur mengenai pokok soal atau subject matter. Dengan
kata lain bahwa pengetahuan menunjuk pada sesuatu yang merupakan isi substantif
yang terkandung dalam ilmu.
1.
Karakteristik
Ilmu Pengetahuan
Karakteristik ilmu pengetahuan
di antaranya sebdagai berikut :
1.
Konkrit, yaitu dapat diukur
kebenarannya.
2.
Kehadiran objek dan subjek tidak
dapat dipisahkan atau memiliki keterkaitan satu sama lainnya.
3.
Tidak terbatas sehingga masih banyak ilmu
pengetahuan yang harus digali lagi dan tidak mempunyai keterbatasan tertentu.
4.
Metodologi yang digunakan untuk
memperoleh pengetahuan
5.
Rasionalis ; Penalarannya
berdasarkan ide yang dianggap jelas dan dapat diterima oleh akal.
6.
Wahyu ; Tidak menggunakan penalaran,
tetapi menggunakan wahyu sebagai sumber pengetahuan.
7.
Hasil ilmu bersifat
akumulatif dan merupakan milik bersama
8.
Kebenarannya tidak
mutlak dan bisa terjadi kekeliruan
9.
Obyektif tidak
bergantung pada pemahaman secara pribadi
2. Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan
Menurut The Liang Gie (1987) ilmu pengetahuan
mempunyai 5 ciri pokok yaitu :
1. Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan
2. Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan
pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur
3. Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan
dan kesukaan pribadi
4. Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke
dalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan
peranan dari bagian-bagian itu
5. Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.
Menurut Ismaun (2001) mengetengahkan sifat atau ciri-ciri ilmu sebagai
berikut :
1. Obyektif; ilmu berdasarkan hal-hal yang
obyektif, dapat diamati dan tidak berdasarkan pada emosional subyektif,
2. Koheren; pernyataan/susunan ilmu tidak
kontradiksi dengan kenyataan;
3. Reliable; produk dan cara-cara memperoleh ilmu
dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keterandalan (reabilitas) tinggi,
4. Valid; produk dan cara-cara memperoleh ilmu
dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keabsahan (validitas) yang tinggi,
baik secara internal maupun eksternal,
5. Memiliki generalisasi; suatu kesimpulan
dalam ilmu dapat berlaku umum,
6. Akurat; penarikan kesimpulan memiliki
keakuratan (akurasi) yang tinggi, dan
7. Dapat melakukan prediksi; ilmu dapat
memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal.
3. Syarat-Syarat Ilmu :
Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila
dapat memenuhi persyaratan-persyaratan, sebagai berikut
1.
Ilmu mensyaratkan
adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan alam (kosmologi)
maupun tentang manusia (Biopsikososial).
2.
Ilmu mensyaratkan
adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi pendekatan dan teknik tertentu.
3.
Pokok permasalahan (subject
matter atau focus of interest). ilmu mensyaratkan adanya
pokok permasalahan yang akan dikaji.
Jadi seluruh bentuk ilmu pengetahuan dapat digolongkan kedalam kategori ilmu pengetahuan dimana masing-masing bentuk dapat dicirikan oleh karakterristik obyek ontologis, landasan epistemologis, dan landasan aksiologis.
Salah satu dari bentuk ilmu pengetahuan
ditandai dengan :
1. Obyek Ontologis : yaitu pengalaman
manusia yakni segenap wujud yang dapat dijangkau lewat panca indra atau alat
yang membantu kemampuan panca indra.
2. Landasan Epistemologis : metode
ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dengan pengajuan hipotesis atau
yang disebut logico hypotetico verifikasi.
3. Landasan Aksiologis : kemaslahatan
umat manusia artinya segenap wujud ilmu pengetahuan itu secara moral ditujukan
untuk kebaikan hidup manusia.
D.Peranan filsafat dalam Ilmu pengetahuan
Semakin banyak manusia tahu, semakin banyak pula pertanyaan
yang timbul dalam dirinya. Manusia ingin tahu tentang asal dan tujuan hidup,
tentang dirinya sendiri, tentang nasibnya, tentang kebebasannya, dan berbagai
hal lainnya. Sikap seperi ini pada dasarnya sudah menghasilkan pengetahuan yang
sangat luas, yang secara metodis dan sistematis dapat dibagi atas banyak jenis
ilmu.
Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam
mengorientasikan diri dalam dunia dan memecahkan berbagai persoalan hidup.
Berbeda dari binatang, manusia tidak dapat membiarkan insting mengatur
perilakunya. Untuk mengatasi masalah-masalah, manusia membutuhkan kesadaran
dalam memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu membantu manusia
mensistematisasikan apa yang diketahui manusia dan mengorganisasikan proses
pencariannya.
Pada abad modern ini, ilmu-ilmu pengetahuan telah merasuki
setiap sudut kehidupan manusia. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena ilmu-ilmu
pengetahuan banyak membantu manusia mengatasi berbagai masalah kehidupan.
Prasetya T. W. dalam artikelnya yang berjudul “Anarkisme dalam Ilmu Pengetahuan
Paul Karl Feyerabend” mengungkapkan bahwa ada dua alasan mengapa ilmu
pengetahuan menjadi begitu unggul. Pertama, karena ilmu pengetahuan
mempunyai metode yang benar untuk mencapai hasil-hasilnya. Kedua, karena
ada hasil-hasil yang dapat diajukan sebagai bukti keunggulan ilmu pengetahuan. Dua alasan yang diungkapkan Prasetya tersebut, dengan
jelas menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan memainkan peranan yang cukup penting
dalam kehidupan umat manusia.
Akan tetapi, ada pula tokoh yang justru anti terhadap ilmu
pengetahuan. Salah satu tokoh yang cukup terkenal dalam hal ini adalah Paul
Karl Feyerabend. Sikap anti ilmu pengetahuannya ini, tidak berarti anti
terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri, tetapi anti terhadap kekuasaan ilmu
pengetahuan yang kerap kali melampaui maksud utamanya. Feyerabend menegaskan
bahwa ilmu-ilmu pengetahuan tidak menggunguli bidang-bidang dan bentuk-bentuk
pengetahuan lain. Menurutnya, ilmu-ilmu pengetahuan menjadi lebih unggul karena
propaganda dari para ilmuan dan adanya tolak ukur institusional yang diberi
wewenang untuk memutuskannya.
Sekalipun ada berbagai kontradiksi tentang keunggulan ilmu
pengetahuan, tidak dapat disangkal bahwa ilmu pengetahuan sesungguhnya
memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tidak
terlepas dari peranan ilmu pengetahuan dalam membantu manusia mengatasi
masalah-masalah hidupnya, walaupun kadang-kadang ilmu pengetahuan dapat pula menciptakan
masalah-masalah baru.
Meskipun demikian, pada kenyataannya peranan ilmu
pengetahuan dalam membantu manusia mengatasi masalah kehidupannya sesungguhnya
terbatas. Seperti yang telah diungkapkan pada bagian pendahuluan, keterbatasan
itu terletak pada cara kerja ilmu-ilmu pengetahuan yang hanya membatasi diri
pada tujuan atau bidang tertentu. Karena pembatasan itu, ilmu pengetahuan tidak
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang keseluruhan manusia. Untuk
mengatasi masalah ini, ilmu-ilmu pengetahuan membutuhkan filsafat. Dalam hal
inilah filsafat menjadi hal yang penting.
C.Verhaak dan R.Haryono Imam dalam bukunya yang berjudul Filsafat
Ilmu Pengetahuan: Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-ilmu, menjelaskan dua
penilaian filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu. Pertama,
filsafat ikut menilai apa yang dianggap “tepat” dan “benar” dalam ilmu-ilmu.
Apa yang dianggap tepat dalam ilmu-ilmu berpulang pada ilmu-ilmu itu sendiri.
Dalam hal ini filsafat tidak ikut campur dalam bidang-bidang ilmu itu. Akan
tetapi, mengenai apa kiranya kebenaran itu, ilmu-ilmu pengetahuan tidak dapat
menjawabnya karena masalah ini tidak termasuk bidang ilmu mereka. Hal-hal yang
berhubungan dengan ada tidaknya kebenaran dan tentang apa itu kebenaran dibahas
dan dijelaskan oleh filsafat. Kedua, filsafat memberi penilaian tentang
sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai
kebenaran.
Dari dua penilaian filsafat atas
kebenaran ilmu-ilmu di atas, dapat dillihat bahwa ilmu-ilmu pengetahuan
(ilmu-ilmu pasti) tidak langsung berkecimpung dalam usaha manusia menuju
kebenaran. Usaha ilmu-ilmu itu lebih merupakan suatu sumbangan agar pengetahuan
itu sendiri semakin mendekati kebenaran. Filsafatlah yang secara langsung
berperan dalam usaha manusia untuk mencari kebenaran. Di dalam filsafat,
berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan kebenaran dikumpulkan dan diolah
demi menemukan jawaban yang memadai.
Franz Magnis Suseno mengungkapkan
dua arah filsafat dalam usaha mencari jawaban dari berbagai pertanyaan sebagai
berikut: pertama, filsafat harus mengkritik jawaban-jawaban yang tidak
memadai. Kedua, filsafat harus ikut mencari jawaban yang benar. Kritikan dan jawaban yang diberikan filsafat sesungguhnya
berbeda dari jawaban-jawaban lain pada umumnya. Kritikan dan jawaban itu harus
dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
Pertanggungjawaban rasional pada
hakikatnya berarti bahwa setiap langkah harus terbuka terhadap segala
pertanyaan dan sangkalan, serta harus dipertahankan secara argumentatif dengan
argumen-argumen yang objektif. Hal ini berarti bahwa
kalau ada yang mempertanyakan atau menyangkal klaim kebenaran suatu pemikiran,
pertanyaan dan sangkalan itu dapat dijawab dengan argumentasi atau
alasan-alasan yang masuk akal dan dapat dimengerti.
Dari berbagai penjelasan di atas, tampak jelas bahwa
filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat
dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil
berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan
dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara
rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa
harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi
demi mencapai kebenaran yang dicari.
Inilah yang menunjukkan kekhasan filsafat di hadapan
berbagai ilmu pengetahuan yang ada. Filsafat selalu terbuka untuk berdialog dan
bekerjasama dengan berbagai ilmu pengetahuan dalam rangka pencarian akan
kebenaran. Baik ilmu pengetahuan maupun filsafat, bila diarahkan secara tepat
dapat sangat membantu kehidupan manusia.
Membangun ilmu pengetahuan
diperlukan konsistensi yang terus berpegang pada paradigma yang
membentuknya. Kearifan memperbaiki paradigma ilmu pengetahuan nampaknya
sangat diperlukan agar ilmu pengetahuan seiring dengan tantangan zaman, karena
ilmu pengetahuan tidak hidup dengan dirinya sendiri, tetapi harus mempunyai
manfaat kepada kehidupan dunia
Hampir semua kemampuan pemikiran
(thought) manusia didominasi oleh pendekatan filsafat. Pengetahuan manusia yang
dihasilkan melalui proses berpikir selalu digunakannya untuk menyingkap tabir
ketidaktahuan dan mencari solusi masalah kehidupan.antara ilmu Pengetahuan dan
ilmu Filsafat ada persamaan dan perbedaannya.Ilmu Pengetahuan bersifat
Posterior kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian secara
berulang-ulang sedangkan Filsafat bersifat priori kesimpulannya ditarik tanpa
pengujian,sebab Filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti yang
dimiliki ilmu karena Filsafat bersifat Spekulatif.Disamping adanya perbedaan
antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah persamaan yaitu sama-sama mencari
kebenaran.Ilmu memiliki tugas melukiskan filsafat bertugas untuk menafsirkan
kesemestaan aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab
pelukisan fakta sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana
sesungguhnya fakat itu darimana awalnya dan akan kemana akhirnya
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Filsafat berasal dari kata Yunani
“philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya
ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya yang
semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan.sedangkan filsafat
ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat
ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah
mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama.
Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru
dan Ilmu pengetahuan atau Knowledge ini merupakan terminologi generik yang
mencakup segenap bentuk yang kita ketahui seperti filsafat, sosial, seni,
beladiri, dan ilmu sains itu sendiri.
Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan
adalah filsafat memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan
pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran tapi filsafat tidak ikut campur
dalam ilmu-ilmu tersebut dimana filsafat selalu mengarah pada pencarian akan
kebenaran. Pencarian itu dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan
yang ada secara kritis sambil berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja
penilaian itu harus dilakukan dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan
filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan
masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai kebenaran yang dicari.
Antara ilmu
Pengetahuan dan ilmu Filsafat ada persamaan dan perbedaannya.Ilmu Pengetahuan
bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian
secara berulang-ulang sedangkan Filsafat bersifat priori kesimpulannya ditarik
tanpa pengujian,sebab Filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti
yang dimiliki ilmu karena Filsafat bersifat Spekulatif.Disamping adanya
perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah persamaan yaitu sama-sama
mencari kebenaran.Ilmu memiliki tugas melukiskan filsafat bertugas untuk
menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana
menjawab pelukisan fakta sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan
bagaimana sesungguhnya fakta itu darimana awalnya dan akan kemana akhirnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bahm,
Archie, J., 1980., “What Is Science”, Reprinted from my Axiology; The Science
Of Values; 44-49, World Books, Albuquerqe, New Mexico, p.1,11.
Bertens,
K., 1987., “Panorama Filsafat Modern”, Gramedia Jakarta, p.14, 16, 20-21, 26.
Koento
Wibisono S. dkk., 1997., “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan”, Intan Pariwara, Klaten, p.6-7, 9, 16, 35, 79.
Koento
Wibisono S., 1984., “Filsafat Ilmu Pengetahuan Dan Aktualitasnya Dalam Upaya
Pencapaian Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan”, Fakultas Pasca Sarjana UGM
Yogyakarta p.3, 14-16.
____________________.,
1996., “Arti Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme Auguste Comte”,
Cet.Ke-2, Gadjah Mada University Press Yogyakarta, p.8, 24-26, 40.
____________________.,
1999., “Ilmu Pengetahuan Sebuah Sketsa Umum Mengenai Kelahiran Dan
Perkembangannya Sebagai Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu”, Makalah,
Ditjen Dikti Depdikbud – Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta, p.1.
Nuchelmans,
G., 1982., “Berfikir Secara Kefilsafatan: Bab X, Filsafat Ilmu Pengetahuan
Alam, Dialihbahasakan Oleh Soejono Soemargono”, Fakultas Filsafat – PPPT UGM
Yogyakarta p.6-7.
Sastrapratedja,
M., 1997., “Beberapa Aspek Perkembangan Ilmu Pengetahuan”, Makalah, Disampaikan
Pada Internship Filsafat Ilmu Pengetahuan, UGM Yogyakarta 2-8 Januari 1997,
p.2-3.
Soeparmo,
A.H., 1984., “Struktur Keilmuwan Dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam”, Penerbit
Airlangga University Press, Surabaya, p.2, 11.
The
Liang Gie., 1999., Pengantar Filsafat Ilmu”, Cet. Ke-4, Penerbit Liberty
Yogyakarta, p.29, 31, 37, 61, 68, 85, 93, 159, 161.
Van
Melsen, A.G.M., 1985., “Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab, Diterjemahkan Oleh
K.Bartens”, Gramedia Jakarta, p.16-17, 25-26.
Van
Peursen, C.A.,1985., “Susunan Ilmu Pengetahuan Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu,
Alih Bahasa Oleh J.Drost”, Gramedia Jakarta, p.1, 4, 12.